Opini

Apakah Soekarno juga Makan 'Kotorannya' Nashijima?



"Kalau Kau Disuruh Makan Tai, Apa Kau Mau Makan"

Kalimat Tanya Diatas Sering Diuacapkan Untuk Menasehati Seseorang Yang Melakukan Sesutu, Yang Konon Merugikan Orang Lain Atau Dirinya Sendiri, atas Perintah Orang Lain. Dan Kata Itu, Seringkali Keluar Dari Mulut Aparat Kepolisian di Papua.

Contohnya, Saat Memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Bangsa Papua Yang Ke 57 Tahun (1 Desember 2018) Di Kota Jayapura,  Ada Puluhan Aktivis Pemuda dan Mahasiswa  Yang di tangkap oleh Aparat Kepolisian. Di Beberapa Lokasi Yang Berbeda.

Saya Adalah Salah Satu dari Puluhan Orang Yang Ditangkap Bersama 8 Kawan Saya Ketika Kami Melakukan Orasi (Demonstrasi Damai) di Depan Mata Jalan Dok IX Kali, Kelurahan Imbi, Distrik Jayapura Utara.

Kami Ditahan Selama Kurang Lebih 18 Jam. Saya dan 8 Orang, bersama kawan-Kawan Saya Dititipkan Di Polsek KP3 Laut Jayapura.

Pada Jam 9 Malam Kami Dibawah Kembali Dari Polsek KP3 Laut Ke Polres Jayapura Kota, Untuk Bergabung Dengan Puluhan Kawan Kami Yang Masih Ditahan.

Sementara 8 Orang Kawan Aktivis di Bawah Komando Juru Bicara SEPAHAM-PAPUA Nelius Wenda Yang Ditangkap Polisi Karena Wenda "Melakukan Orasi di Lingkaran Abepura Telah Dipulangkan Pada Jam 2 Siang. Setelah Dimintai Keterangan Oleh Penyidik.

Kami Puluhan Orang Yang Masih Ditahanpun Dipulangkan Pada Jam 2 Malam, Setelah Beberapa Diantara Kami Yang Dianggap Memiki Peran Aktif Dalam Kegiatan Demonstrasi Dalam Rangka Memperingati HUT  Kemerdekaan Bangsa Papua Yg 57 Tahun Selesai Diperiksa Oleh Penyidik.

Dalam proses Penyelidikan Kami Didampingi Oleh Pengacara Lembaga Bantuhan Hukum (LBH) Jayapura Dan Perhimpunan Pengacara Hak Asasi Manusia (PAHAM) Papua.

Dalam Penyelidikan Tersebut, Saya Dan Tiga Orang Diperiksa Oleh Empat Orang Penyidik di dalam Satu Ruangan Secara Bersamaan. dalam Penyelidikan Itu, Salah Satu Penyidik Bertanya Kepada Seorang Kawan Saya.

"Ko Kenal Beny Wenda Dan Edison Waromi?" Tanya Penyidik Dengan Volume Suara Sedikit Besar. Sehingga Saya Yang Berada Paling Pojok Ruangan Bisa Mendengar Dengan Jelas

"Iya. Dong Dua Itu Pemimpin Kami" Jawab Kawan Saya Dengan Volume Suara Yang Sama Dengan Penyidiknya.

"Kalau mereka  berdua Suruh" Jika Kamu  Makan Tai, Apa Kam Mau Makan?" Kata Pendyidik saat Berlangsung di ruang  Penyidik, Penyidik Kembali Bertanya Dengan Volume Yang Sedikit Lebih Tinggi dari Yang Awal. Juga Sedikit Membentak. untuk menakutkan Kami.

Melihat Kawan Saya Terdiam. Tidak Menjawab. Saya Langsung Menjawab Dari Pojok Ruangan.

"Pertanyaan Itu Bedah Konteks. Kitong Tidak Bunuh Orang Atau Mencuri Barang Milik Orang Lain. Kita ini Memperjuangkan Kita Punya Hak Yang Waktu Itu Dirampas Oleh Sukarno. Beny  Wenda Dan Edison Waromi Adalah Pemimpin Kami. Soal Mengapa Kitong Ikut Berjuang? Itu Kesadaran Kami Sendiri. Bukan Paksaan"

"Ko Diam. Dia Tidak Bertanya Sama Ko!" Bentak  Seorang Yang Lebih Tua Dari Para Penyidik Yang Memeriksa Kami, Berusaha Menghentikan Langsung Suara Saya. dengan Senyum Sedikit Sinis Sayaa Menatapnya Sejenak Lalu Kembali Fokus Pada Penyidik Saya Yang Sudah Siap -Siap Dengan Pertanyaanya.

Peristiwa Itu Masih Terekam Sempurna Dalam Memori Ingatanku. Hingga Baru-Baru Ini, Saya Membeli Buku "Bayang-Bayang Intervensi" Yang Mengupas Tentang Perang Siasat John F Kenedy (JFK), Presiden Ke 35 Amerika Serikat dan Allen Dules, Mantan Direktur Intelejen Pusat Amerika Serikat Atas Sukarno, Yang Ditulis Greg Paulgrain.

Dalam Buku Yang Judul Aslinya "The Incubus of Intervention: Conflicting Indonesia Strategies of John F Kenedy and Allen Dules. Pada (Hal.123) Ada Terkutip.

"....Sebagaimana dijelaskam Nashijima Dalam Wawancara, Dialah Yang Meyakinkan Kaum Nasionalis Indonesia Untuk Memasukan Papua Sebagai Bagian Dari Cakupan Wilayah Bangsa Yang Akan Berdiri, Indonesia, Saat Sukarno Menyatakan Kemerdekaan. Hatta Tidak Menginkan Papua Menjadi Bagian Dari Indonesia Sedangkan Sukarno Menyetujui Usulan Tersebut Hanya Karena Nashijima Berisi keras..."

Dari Buku Yang Dihasilkan Melalui Riset Data Yg Panjang. 30 Tahun. Kita Mendapat Imformasi Baru. Bahwa Yang Menginginkan Papua Menjadi Bagian Dari Indonesia Bukan Keinginan Rakyat Indonesia. Juga Bukan Sukarno. Juga Tidak Saja Allen Dulles.

Melainkan, Seorang Jepang Bernama Nashijima Yang Dengan Kawannya, Yoshizumi Sebagai Pendiri "Kelompok Studi Kemerdekaan" (Asrama Merdeka) Yang Didalamnya Ada DN Aidit Yang Kemudian Menjadi Pemimpin PKI ( Partai Komunis Indonesia). Yang Memaksa Sukarno dan kawan kawannya, Kaum Nasionalis Untuk Mencaplok Papua Ke Dalam Wilayah Indonesia.

Maka Lewat Coretan Ini, Saya Bertanya. Apakah Sukarno Yang Adalah Singa Podium itu, Memakan Kotoran Nashijia Orang Jepang Itu? Sehingga Sukarno Dengan TidakTahu Diri Memasukan Papua Kedalam Bingkai NKRI, Walau Hatta Menolak!?

Biarlah Para Polisi Indonesia Yang Suka Menggunakan Nasehat Kalau " Ko Disuruh Makan Tai, Apakah Ko Mau Makan. Melakukan Penyelidikan 30 Tahun Untuk Menjawab Pertanyaan, Apakah Sukarno, Presiden Pertama Indonesia Memakan Tai-nya Nashijima Atau Tidak.

 Penulis: Rawarap
Editor :Nies Tabuni

About Sampari

0 Comments:

Diberdayakan oleh Blogger.