.Seorang pengunjuk rasa menggambar mukanya dengan bendera Bintang
Kejora di depan Gedung DPRD Kota Malang, Jawa Timur, 24 Juni 2015. Dalam
aksinya mereka menuntut pemerintah Indonesia untuk memberikan hak dan
kebebasan menentukan nasib masyarakat Papua tanpa adanya intervensi dari
militer serta menuntastan kejahatan kemanusiaan di tanah Papua.
TEMPO/Aris Novia Hidayat
Jourrnal Grassroots West Papua Rabu, 13 April 2016 | 22:53 WIB Jayapura -
Demonstrasi damai berlangsung di Papua sepanjang hari Rabu, 13 April
2016. Unjuk rasa untuk kali ini lebih dari biasanya. Kalau selama ini
yang orasi hanya dari perwakilan mahasiswa, mama-mama Papua, aktivis
Papua Merdeka dan lainnya, maka kali ini orasi dilakukan oleh
pesebakbola Papua dan dosen Fisip Universitas Cenderawasih,Jayapura.
Mereka berteriak Papua Merdeka di muka umum.Seorang pesepakbola Papua bernama Eneko Pahabol dengan berani berdiri di depan 5.000 massa aksi yang memadati lapangan bola voli di samping sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa Uncen Jayapura dan menyatakan dukungan kepada The United Liberation for West Papua (-ULMWP, organisasi payung untuk semua organisasi pendukung Papua Merdeka) untuk menjadi anggota tetap Melanesian Spearhead Group (MSG), organisasi negara-negara Pasifik selatan.
“Kami bisa berprestasi di tingkat nasional maupun nasional karena kami ini anak-anak asli tanah Papua,” tegas Eneko Pahabol disambut tepukan tangan yang meriah.
Baca juga: Rabu, Demo Akbar di Papua Dukung ULMWP Anggota Tetap MSG
Eneko Pahabol yang terdaftar sebagai penjaga gawang Persipura Jayapura ini menegaskan, dirinya hadir sebagai perwakilan dari rekan-rekan atlet Papua lainnya. Mereka juga telah sepakat untuk menyatakan dukungan penuh agar ULMWP masuk dan terdaftar di dalam MSG.
“Karena kalau kita masuk itu, semua atlet Papua yang sedang tertampung di Papua, yang ditutup, dan yang diinjak oleh Indonesia mau sampaikan kepada dunia internasional bahwa orang Papua menghasilkan bibit-bibit unggulan olahraga yang bisa berprestasi di mana saja,” kata Pahabol.
Satu hal, menurut Pahabol, orang Papua yang sedang berkarya di atas tanah ini sudah tahu yang benar tapi malah bikin tidak tahu dan sudah tahu yang baik, tapi tidak melawan adalah adalah orang yang paling berdosa.
“Hamba Tuhan kasih tahu bahwa mabuk, membunuh, marah orang adalah berdosa. Tapi, dosa yang terbesar adalah Anda sudah tahu hal yang benar, tapi tidak sampaikan adalah dosa yang terberat,” katanya.
Dan itu berarti orang itu turut membunuh. Oleh karena itu, Pahabol menegaskan, bangsa Papua bukan binatang. "Di mana-mana orang Indonesi bilang orang Papua adalah binatang. “Saya ini monyet kah? Saya ini manusia, sama dengan sesama kita,” ujarnya.
“Kalau anda anggap saya binatang, biarkan saya hidup dengan sendirian di habitat saya, yaitu mau hidup bebas di negeri saya ini, di tanah Papua. Berarti saya harus pulang ke Melanesia."
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik (FISIP) Uncen Jayapura, Frans Kapisa dalam orasinya mengatakan dirinya mengapresiasi mahasiswanya yang selalu menyuarakan pembebasan di atas tanah Papua.
“Perlu kami sampaikan, bahwa Papua bukan lagi masalah Indonesia, bukan masalah domestik. Tapi, Papua sudah menjadi masalah Internasional,” teriaknya disambut tepukan tangan yang meriah.
“Saya aktivis penuh dalam perjuangan West Papua. Bukan saja mengajar di Universitas Cenderawasih. Apa yang diperjuangkan oleh perjuangan kita di Pasifik dan dunia internasional kita harus dukung,” ujarnya.
Editor : Nies Tabuni
Sumber :TABLOIDJUBI
https://m.tempo.co/read/news/2016/04/13/078762431/demo-besar-pesepakbola-dan-dosen-teriak-papua-merdeka
TABLOIDJUBI
Foto :Sroer Louw Asmuruf AP
https://www.facebook.com/profile.php?id=100006603348760&fref=photo
0 Comments:
Posting Komentar