Piter saat di interogasi oleh gabungan TNI/Polri dan Kopassus di depan Asrama Papua Manado |
Surabaya,---Jurnalis Jujur Bicara (Jubi) dan Piter Lokon didiskriminasi dan diInterogasi oleh Aparat
Gabungan kekuatan full oleh Kopasus, Polisi Bimas, Intel, Brigadir Manguni,
Pasukan Paniki, Polantas, Pemerintahan Lura, Pemerintahan Linkungan (Palah),
Hansip, Sapol, meliput aksi doa yang
dimediasi oleh Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Konsulat dan AMPTPI di Asrama
Kamasan VIII, Kelurahan Talete II, Kota Tomohon Sulawesi Utara.
Piter Lokon melalui rilis medianya mengakatan, dirinya diundang oleh Komite Nasional Papua Barat
(KNPB) Konsulat Indonesia di Manado, Sulawesi utara (Sulut) untuk meliput
kegiatan mereka dalam memperingati 1 Desember 2018, Mereka menyakini sebagai
hari embrio Aneksasi West Papua ke NKRI maka, KNPB Konsulat dan AMPTPI Mediasi
Orang Papua yang ada di sulut lakukan doa bersama.
“ Saat itu, Pada Sabtu 1 Desember 2018, jam 16:36
Wita, Aparat Gabungan oleh Kopasus, Polisi Bimas, Intel, Brigadir Manguni,
Pasukan Paniki, Polantas, Pemerintahan Lurah Talete II,Pemerintahan Linkungan
(Palah), Hansip, Sapol, mereka mendatang Asrama Mahasiswa Papua, Percakapan
berjalan dan aparat dan lurah, Pala mereka paksa untuk masuk ke Aula Asrama dan
Halaman Asrama, Sementara penghuni asraa mereka tidak mengisinkan. Namun,
Pemintaan Mahasiswa mereka tidak dindahkan oleh Palah dan Lurah serta para Intel mereka yang
datang saat itu “ Kata Lokon
“ Saya tak sempat memperkenalkan diri karena mereka
masuk berpencar dihalaman asrama, dengan sangat cepat, sementara saat itu
mahasiswa Papua setelah merayakan HUT West Papua ke 57 tahun pada siang hari
sedang goyang Aster setelah Kegiatan dan Makan bersama “ Lanjutnya.
Piter Lokon saat di interogasi oleh Kasat Intelkam Polresta Tomohon |
Lokon menjelaskan, Setelah 7 Menit kemudian Kasat
Intel Kota Tomohon masuk cek situasi di aual asrama Masiswa Papua Kamasan VIII
Tomohon, yang mana tempat pelaksanaan kegiatan perinagti 57 tahun. Saya
mendekati dan saya perkenalkan diri kepada kasat intel. Saat perkenalan, saya
dipotret gambar saya oleh beberapa anggota Intel Polres dan Kopasus. Mereka
rupanya perkenalan saya dengan menunjukan ID Card Media Jubi rupanya tidak
percaya atau kurang percaya.Sekitar 10 Menit kemudian Kasat intel ditelpon, tak
lama kemudian, Kasat Binmas Polresta kota Tomohon dan anggota dengan Mobil
Strada dan Motor berjumlah belasan tiba di Halaman Asrama kamasan VIII Tomohon,
saat itu mereka diskusi, bercerita dengan Mahasiswa.
“ Saya dengar bahwa bukti sudah ada, Kata Kasat Intel dan Bimas saat. Saya tidak
tau apakah maksud mereka Namun, tiba-tiba mereka bilang bahwa mau sita. Kasat
Intel dan Bimas minta Saya untuk Lepas tas Noken Kamera saya yang saat itu
sedang berisi Kamera, Lensa dan HP, Hanset, Saputangan. Saya bermohon bahwa
Noken saya bukan mengandung unsur Bintang Kejora yang dituduh oleh aparat
Polresta. Saya juga bermohon agar Noken saya tidak diambil karena berisi alat
liputan, namun permintah saya tidak juga diindahkan. Padahal saya mengaku
Wartawan, yang bergantung di leher saya “ Jelasnya
“ Pa mohon
kasihanilah saya, saya ini tidak bawa tas lain, sementara Noken saya berisi
alat liputan saya, tapi mereka tidak diindahkan, dipaksanakan dan menuntur saya
untuk segera diserahkan karena kena pasal yang dilarang negara, menggunakan
atribut bukan Negara Indonesia, lalau mereka ambil “ Lanjutnya
Tak lama Waka Polresta Tomohon, Kompol, Joyce Wawor
yang Saat itu tiba di Asrama, Sementara Kasat Intel Polresta, Intel Kopasus,
Kasat Bimas Polresta, Pemerintah Kelurahan, Pemerintah Lingkungan, Kabag Op
atau Kepala Bagian Operasi Polresta Kota Tomohon saat Mereka ada baku argumen
dengan Mahasiswa terkait dengan atribut tersebut. Setelah lama, negosiasi
setelah itu mereka Aparat gabungan Pulang karena Mahasiswa juga bertahan
argumen. Saya juga Konfirmasi Wakapolres, untuk Wawancara atau buat Berita
terkait kedatangan aparat gabungan ke asrama.
“Saya diterima baik, berhasil Wawancara Namun, akhir
dari Wawancara Saya kembali alami diskriminasi dengan Wakapolres Tunjuk tangan
ke hati saya,” Ungkapnya
Lokon mengatakan bahwa, pada saat itu dirinya
diperlakukan seperti orang asing yang ada di Negara Indonesia.
” Piter Saya mau tanya ini, Kamu Cinta NKRi to? Saya
mau tau ini, dalam hati kamu NKRi Pasti, atau apa? Jujur sudah, Pasti NKRi ini,
Piter,” Kata Wakapolres sambil Tunjuk Jari Tunjuk ke Dada
“Saya merasakan diskriminasi dua kali, Padahal saya
sudah tunjukan ID Card Wartawan Indonesia dari Koran dan Online Jubi, tapi
terus saja saya diskriminasi. Saya juga ditanya berulang2 untuk Mengakui NKRi
atau bukan, maka saya Jujur sampaikan kekecewaan saya. Saya wartawan Indonesia
sudah tunjukan ID Card dan saya Wartawan tapi terus diperlakukan saya seperti
ini maka, Saya secara jujur sampaikan bahwa, Secara Manusia saya kecewa, Noken
saya diambil walaupun sudah bermohon tidak diindahkan, kemudian paksakan saya
untuk mengakui NKRI atau bukan, maka Sebagai Wartawan dan orang Indonesia saya
kecewa terhadap Sikap aparat di Polresta Kota Tomohon, Lurah Talete II, Kepala
Lingkungan Kakaskasen II di Kota Tomohon. Seharusnya aparat memberikan
kenyamanan terhadap saya karena saya secara jujur dan membawa diri perkenalkan
kepada, Kasat Intel, Binmas, Wakapolres, Lurah dan Pala setempat serta anggota
Kemanan yang hadir saat itu, namun saya alami diskriminasi secara Fisikis dan
Mental.” Kata Lokon.
Senior dari Mahasiswa Papua, Otis mengatkan, Kami
Mahasiswa sudah sampaikan bahwa atribut Papua Otonomi Khsusus sudah diatur
dalam pasal 28 E itu mengatur atribut dan lambang-lambang Papua.
“Pakean adalah lambang, atau atribut. Kenapa orang
Papua di Manado dipakai dilarang, atas didasarkan dengan dicap atribut Papua
lalu operasi Mahasiswa Papua. Ini adalah ada tindakan diskriminasi terhadap
kami,” kata Otis.
Massa AMP yang masih ditahan di Polrestabes Surabaya |
Sementara itu ratusan Aliansi Mahasiswa Papua (AMP)
masih ditahan dan berada di Polresta Surabaya.
Pewarta
: Luis Kabak
Editor : JeLo
0 Comments:
Posting Komentar