Gana west papua Kami keluarga
Diplomat bangsa Papua, Tuan Benny Wenda, hanya berjarak 2 meter dengan President Ghana, John Dramani Mahama, saat menghadiri perayaan kemerdekaan negara Ghana yang ke- 59, pada 7 Maret 2016. Nampak pada foto, Presiden yang duduk ditengah sedang tertawa dengan Reverend Dr Fred Deegbe dari the Christian Council of Ghana (CCG).
Dr Fred Deegbe, setelah itu, dalam pertemuan pribadi denganTuan Benny Wenda, dia mengatakan kalimat ini : "God made people and wants people everywhere to be free" ; (Bhs. Indonesia : TUHAN menciptakan manusia dan ingin agar dimana pun manusia itu bebas").Pendeta senior yang pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum pada CCG (sejenis PGI di Indonesia ) pada Juni 2003 - April 2013 ini kemudian berjanji akan menaikan isu Papua pada pertemuan Dewan Gereja Dunia dalam waktu dekat ini, yang akan dilaksanakan di Amerika Serikat.
Kemudian, setelah pertemuan ini, Tuan Benny Wenda juga bertemu dengan Hon John A Kufuor, Mantan President Ghana dan mantan ketua pada African Union, sebuah ikatan regional di Afrika yang beranggotakan 53 negara.
Saat itu, Tuan John A Kofour, mengatakan kalimat ini : "It is important that humanity should be central to everything. As a human being you are entitled to humanity. In due course humanity will prevail and you will be free. The whole world will support you. Not even Indonesia can stop it. Ghana was once a colony for 100 years, Nkrumah was our liberator, he was a pan africanist and you see yourselves as Africans. What you are doing is the right way. The photos of your people bear witness to a true leader of your people. Some of our paramount chiefs wear feathers. The same but eagle feathers. Despite the distances between our places we are the same. Clearly you are not Indonesian."
(Bhs Indonesia : Sangalah penting bahwa kemanusian haruslah berada menjadi pusat dari segala hal. Sebagai manusia maka engkau harus diperlakukan sebagai manusia. Sudah pasti kemanusian akan memang dan engkau akan bebas. Dunia akan mendukung engkau. Indonesia tidak akan mampu menghentikannya. Ghana juga adalah sebuah daerah jajahan pada 100 tahun lalu, Nkrumah adalah pembebas kami, dia adalah seorang "pan afrika" dan engkau melihat dirimu sebagai seorang Afrika. Apa yang engkau lakukan sudah berada pada jalan yang benar. Foto-foto dari rakyatmu menjadi saksi bahwa engkau sungguh adalah pemimpin mereka. Beberapa kepala suku yang yang terpenting menggunakan bulu burung. Sama (seperti yang engkau gunakan) tapi mereka menggunakan bulu elang. Sudah jelas, engkau bukan Indonesia)
Negara tua di Afrika ini, yang telah merdeka sejak 59 tahun ini, telah berpengalaman dalam tata diplomatik dan memiliki banyak relasi internasional. Hal ini didukung oleh kemahiran pendudukanya menggunakan bahasa persatuan mereka, yakni bahasa Inggris, yang digunakan secara formal di dalam pemerintahan dan pendidikan. Ghana memiliki juga 2 (dua) pribadi, yang memiliki relasi hubungan internasional, yakni mantan Sekjen PBB, Koffi Annan dan mantan hakim pada Pengadilan Penjahat Perang Internasional, Akua Kuenyehia.
Saat ini, Koffi Annan menjadi ketua pada forum dunia, "the Elders", yang didirikan oleh mantan Presiden Afrika Selatan, (alm. ) Nelson Mandela, dengan satu-satunya anggota kehormatan, Uskup Agung Afrika Selatan, Desmon Tutu, yang telah berjanji pada Benny Wenda, pada Oktober 2015 : " Jika engkau bertemu lagi denganku, Papua telah merdeka". Sudah pasti ada jasa baik di belakang layar yang dilakukan oleh Desmon Tutu, mantan Uskup Agung Afrika Selatan, sehingga berbagai pertemuan di negara Ghana, yang berpenduduk 27 juta orang ini bisa terjadi.
Perang diplomatik.
Ghana adalah negara pendiri Pan Afrika, yang memiliki "jasa" guna memerdekakan sekitar 30-an negara di Afrika. Negara ini memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan China dan Iran. Setiap Presiden USA, pastilah meluangkan waktu untuk mengunjungi negara ini, ketika mereka menjabat.
Dengan kejadian ini, dapat dikatakan, pintu rumah Afrika, yang berisi 53 negara, sudah dibuka bagi dukungan untuk kemerdekaan Papua. Itulah sebabnya, hanya dalam hitungan 4 hari setelah Pra Meeting OKI di Jedah (28-29 Febuari 2016), guna membahasa berbagai TOR KTT OKI, Indonesia buru-buru melakukan pertemuan KTT Luar Biasa OKI, guna menghimpun 59 negara Islam, dengan alasan pembicaraan terkait Palestina. Padahal jika kita lihat tema pertemuan, sesungguhnya semua telah terangkum dalam TOR di Jeddah pada 10 hari sebelumnya. Hal ini menunjukan, bahwa motivasi sebenarnya dari pertemuan KTT LB OKI ini adalah guna menaikan harga tawar politiknya di dunia internasional. Indonesia berjaga-jaga, agar jika persoalan Papua dibicarakan pada Sidang Umum PBB, maka dia ingin memastikan, bahwa negara-negara Islam berada dibelakangnya.
Justru tindakan ini, seakan memicu sebuah efek domino. Israel melakukan reaksi balasan. Sebab pada hari yang sama dengan pengumuman Presiden Joko Widodo, bahwa Indonesia bersedia menjadi tuan rumah KTT LB OKI, Israel mengirimkan utusan khusus ke Pasific bertemu dengan PM Solomon Islands, ketua MSG, guna membahas relasi kerjasama ekonomi. Kita tahu bersama, bahwa ekonomi adalah muka lain dari politik. Karena itu, kami yakin, sudah tentu, persoalan Papua, menjadi salah satu agenda pertemuan antar kedua negara. Israel mulai memantau persoalan Papua.
sumber
https://www.facebook.com/search/top/?q=catatan%20dari%20papua
0 Comments:
Posting Komentar