Jayapura, Jubi – Legislator Papua, Laurenzus Kadepa mengingatkan
Pemerintah Provinsi Papua tak hanya menjadikan issu pengembalian dana
Otsus ke pemerintah pusat sebagai bargaining politik.
Anggota Komisi I DPR Papua bidang Pemerintahan, Politik, Hukum dan
HAM itu mengatakan, wacana pengembalian dana Otsus ke pemerintah pusat
jangan hanya sebatas alat tawar atau bergaining politik untuk merebut
posisi atau menempatkan orang yang diinginkan sebagai Presiden Direktur
(Presdir) Freeport atau untuk penambahan dana Otsus Papua.
“Bukan juga untuk diperdebatkan ditingkat elit politik yang
berkepentingan. Kalau tujuan gubernur baik, hilangkan pro dan kontra.
Semua pihak segera mendukungnya. Asal ini jangan dijadikan bargaining
politik untuk kepentingan tertentu,” kata Kadepa via pesan singkatnya
kepada Jubi, Senin (7/3/2016).
Ia menyatakan setuju adanya pendapat mengenai perlunya evaluasi dana
Otsus Papua. Katanya, selama itu tujuannya baik tak masalah. Namun tentu
itu urusan lembaga atau institusi yang berwenang.
“Yang perlu dipikirkan, bagaimana semua pihak di Papua bersatu dan
meminta pemerintah pusat harus memberikan kewenangan kepada Papua
sepenuhnya untuk mengatur dan mengelolah Sumber Daya Alam (SDA) Papua
dan masalah keamana serta lainnya,” ucapnya.
Katanya, selama ini masih banyak aturan dan kebijakan di Papua yang
ditentukan pemerintah pusat. Padahal tak seharusnya semua kebijakan
diatur pemerintah di Jakarta. Apalagi Papua sudah diberikan UU Otonomi
Khusus (Otsus).
“Papua sudah diberi kekhususan. Namun toh berbagai kebijakan masih
dikendalikan pemerintah pusat. Ini sama saja. Sampai kapan Jakarta
memberikan kepercayaan penuh kepada orang asli Papua,” katanya.
Pertengahan Februari lalu, Gubernur Papua, Lukas Enembe menyatakan
akan mengembalikan dana Otsus ke pemerintah pusat. Salah satu alasannya,
anggarannya sangat kecil dan tidak bermanfaat untuk pembangunan di Bumi
Cenderawasih.
“Saya mau katakan Otsus jangan menjadi isu yang merombak tatanan
hidup orang asli Papua. Otsus terlalu kecil bagi kita, tidak mampu
membiayai pembangunan di Papua. Saya katakan kembalikan saja ke pusat
karena terlalu kecil bagi kita dan tidak bermanfaat,” kata Lukas Enembe,
di Jayapura, Rabu (17/2/2016).
Menurutnya, hal ini akan dibicarakan dalam rapat kerja bupati
se-Papua, apakah dana ini akan dikembalikan atau tidak karena tidak
bermanfaat bagi Papua.
“Daripada ini menjadi isu politik, mendiskreditkan pejabat-pejabat di
Papua lebih baik kita kembalikan, pikiran saya seperti itu. Lebih baik
kita mengelola sumber kekayaan alam Papua yang diperjual belikan oleh
orang-orang di Jakarta,” ucapnya.
Kata Enembe, dengan berbagai hambatan yang ada di lapangan, para
kepala daerah di Papua memiliki banyak tantangan untuk mengelola
anggaran tersebut yang sering kali berakibat pada masalah hukum.
Enembe menegaskan, besaran dana Otsus yang diterima Provinsi Papua
dan Papua Barat terhitung kecil dibandingkan dengan beban biaya
transportasi bagi daerah-daerah di pegunungan Papua. Ia lebih memilih
untuk dapat mengelola kekayaan alam Papua dibandingkan dengan guliran
dana Otsus dari pusat.
“Lebih bagus kita mengelola kekayaan alam kita yang diperdagangkan,
dimanfaatkan oleh orang-orang di Jakarta, lebih bagus kita manfaatkan
itu,” ucapnya. (Arjuna Pademme)
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 Comments:
Posting Komentar