Berita

WEST PAPUA IS MY CULTURE & OUR STRENGTH


 
 Foto Guinea Wene Ndugure saat pentas pawai budaya di UKS satya wacana salatiga 
PAPUA. MERDEKA ! MERDEKA ! MERDEKA ! MERDEKA !!!!!!! TUTUR OLEH MEREKA.

Jawa Tengah Salatiga, Kaonak.com 16 April 2016. Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Kampus UKSW yang sering dijuluki Indonesia mini itu, dini hari mengadakan pentas seni budaya Indonesia Internasional /Indonesia International Culture Festival (IICF). Seperti biasa tradisi tahunan dalam acara pentas seni budaya, IICF itu dibuka resmi oleh Pihak kampus oleh bapak rektor Pdt. Prof. Drs. John A. Titaley, Th.D, pemerintah kota Salatiga oleh bapak walikota serta pihak Keamanan dalam hal ini polres Salatiga yang dihadiri langsung oleh bapak Kapolres Salatiga. 

Beberapa pihak yang telah disebutkan diatas, secara resmi melepaskan peserta pawai IICF UKSW 2016 dari tiap kepulauan (Aceh- Papua) dengan semua perlengkapan secara fisik dan non fisik kebudayaan mereka masing-masing dan juga kegiatan ini seperti nama festival budaya Indonesia dan International sehingga mahasiswa asing seperti Timorleste dan lainnya turut terlibat. Pawai atau melakukan perjalanan keliling kota Salatiga dengan mengenakan busana, nyanyian, tarian, permainan dan identitas budaya lainnya yang semua berkaitan dengan budaya tradisional yang belum saya ketahui lebih detail semua budaya tersebut.
 
 Kegiatan berjalan kaki (pawai) itu kurang lebih selama 2-3 jam dari jam 10:00-13:00. Star awal dan berakhir kembali di lapangan terbuka kampus UKSW. 

Dalam acara IICF UKSW 2016 Himpunan Mahasiswa & Pelajar Papua Barat (West Papua) Salatiga yang disingkat HIMPPAR itu turut mengambil bagian dalam kegiatan ini, karena kegiatan ini merupakan salah satu program rutin tahunan yang berada di bawa satu komisi bagian kebudayaan. Oleh sebab itu, setiap tahun HIMPPAR selalu ikut terlibat.

Dalam keterlibatan mereka ada satu fenomenal unik yang selalu mewarnai dan menjadi sprint emosional dalam HIMPPAR secara alami. Fenomenal unik yang menjadi sprint emosiona HIMPPAR itu mengenai harga diri orang PAPUA dalam hal ini kemauan mereka ingin bebas “MERDEKA” dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
 
 Fenomenal unik yang terjadi di setiap tahun itu di tahun-tahun sebelumnya dalam kegiatan yang sama, misalnya ada hiasan warna-warni Bendera Kebangsaan mereka negara West Papua yaitu bendera Bintang Kejora (BK). BK itu sering kali di gambarnya di badan, menghiasi rumah adat (stan) tradisional menggunakan karton-karton potongan di depan pintu bahkan adapula Bendera kebangsaan mereka (BK) itu di gantungan dalam stan yang dibangun-nya.

 Selain itu bendera BK juga dibawa oleh mereka dalam bend Etnis Papua, mereka juga seringkali membawa nyanyian-nyanyian perjuangan bangsa West Papua di atas panggung dalam acara tersebut.

Kemudian pertanyaan-nya, dalam kegiatan IICF UKSW di tahun 2016 ini fenomena SPIRIT emosional seperti apa yang anak Papua membawakan? Selain mereka mempertunjukkan di muka internasional bahkan nasional dalam mengenakan busana asli atau original tradisional mereka (Koteka dan Cawat)? Artinya dalam hal ini, anak-anak Papua (HIMPPAR) bukan hanya mengenakan lalu selesai, tapi lebih dari pada itu, esensi-nya ialah mereka mempertunjukkan di muka dunia internasional bahwa orang Papua adalah orang-orang yang sangat beda dari etnis lain di republik ini (NKRI).

We are Papuans, Race Melanesia. Not Indo-Melayu!
Dalam pentas seni budaya Indoneisa Internasional (IICF) UKSW 2016 Kali ini, anak-anak Papua ras Melanesia ini membuat dan mempengaruhi publik saat terdengar suara spontan secara alami yang di ucapkan oleh HIMPPAR dalam kegiatan sendang berlangsung. Kedengaran spontanitas yang menarik perhatian kedengaran secara publik itu semua orang sempat kaget saat di ucapkan secara spontan itu.
 
 Kedengaran yang membuat perhatian publik terkaget-kaget bahkan teman-teman dari Papua lainnya mengatakan bulu-bulu pori mereka berdiri dan seluruh tubuh mereka merinding saat mendengar dan mengucapkan kata-kata itu. Kata-kata yang membuat terkesan dan merinding itu saat anak Papua membawakan satu nyanyian barangkali disebut dengan Roh orang Papua. ROH itu di nyanyikan saat memulai bahkan mengakhiri dan juga beberapa kali di nyanyikan dalam kegiatan sendang berlangsung.

Sebagaimana manusia beriman di planet Bumi ini sehingga sebelum dimulai HIMPPAR berawal dengan doa dan mengakhiri juga dengan doa.

Sesudah doa ada satu momen yang mereka lakukan seperti biasanya tim-tim sepak bola saat memulai dan mengakhiri pertandingan. Kebiasaan itu biasanya kesebelasan tim sepak bola membuat sebuah lingkaran tumpukan besar dengan tumpangi tangan di tengah-tengah dari luar dan dalam kemudian mengikuti instruksi dari salah satu orang dalam tim-nya misalnya kapten atau pelatih mereka dengan satu tanda teriakan lalu semua pemain bersama-sama secara spontan membalas dengan beberapa teriakan suara juga. Dilihat inti atau maknanya dari teriakan spontan itu se benar-nya saling menguatkan satu sama lain di antara mereka dengan tujuan, agar semua peserta fokus dan di arahkan pada visi misi mereka bersama dalam permainan sepak bola tersebut.
 
Dalam kegiatan pawai IICF UKSW tahun ini teman-teman dari PAPUA juga melakukan hal yang sama saat star, finish dan kegiatan sendang berlangsung. Untuk star dan finish, semua anak Papua (HIMPPAR) melakukan serupa dengan contoh tim sepakbola pada tulisan di atas yakni HIMPPAR menumpukan tangan di dalam satu lingkaran yang dibuatnya kemudian ada salah satu anak dari mereka, kepala suku atau big man dalam istilah mereka berteriak dengan suara yang keras yang kedengaran bunyinya seperti ini “P A P U A” dan saat kepala suku berhenti, semua peserta dan anggota HIMPPAR secara spontan secara alami semua membalasnya dengan teriak M E R D E K A, M E R D E K A, M E R D E K A, M E R D E K A dengan berulangkali sebanyak 3-4 kali ucapan. Sedangkan dalam kegiatan sendang berlangsung dipimpin oleh salah seorang anak juga dengan bunyi suara dengan keras "PAPUA" kemudian kerabat-kerabat lainnya dari pisah-pisah itu mengumpul ke arah tengah-tenga sambil membalas teriakan atau menjawab dengan bunyi suara "MERDEKA, MERDEKA, MERDEKA,MERDEKA" HUUUUUUU........ WAK-WAK-WAKK-WAK-WAKKKKKK.....Sambil teriak-teriak (Ap Amun Wagangi-Ap Omawi Wakage / Wakkoge) dalam istilah Orang Papua.

 Kejadian seperti itu terjadi secara alami dan spontan tanpa direncanakan olah HIMPPAR, namun muncul begitu saja dengan sendiri-nya. Hal itu dibenarkan oleh salah satu peserta IICF HIMPPAR saat di tanyakan saudara Herry G. Wenda. Wah luar biasa sekali kekompakan anak-anak HIMPPAR Salatiga.

Dari setiap fenomena dari tahun ke tahun seperti cerita yang baru saja anda baca di atas, saya mau bilang Pada anda semua orang Papua bahkan non-Papua melalui fenomena emosional yang juga menjadi sprint HIMPPAR tersebut, bahwa masalah perjuangan Politik “PAPUA MERDEKA” itu bukan masalah perorangan, orang lokal, nasional, tetapi masalah semua orang Papua dan masalah internasional dan perjuangan itu sudah bagian dari kehidupan orang Papua bukan sembunyi-sembunyi dan setengah hati juga ragu-ragu. Arti-nya Masalah Papua merdeka itu sudah menjadi satu BUDAYA dan IBADAH kami orang Papua ras Melanesia. Jadi selama orang lain tidak mengakui kemerdekaan bangsa West Papua MEWARISKAN "ROH" YANG MENJADI SPIRIT ITU SAMPAI MENDAPATKAN PENGAKUAN!!!
Penulis : T A B U N I. Ng.G.T.W. (K O M B A R A B U N I)
Editor : Nies 

About tikomemedia.com

0 Comments:

Diberdayakan oleh Blogger.