KITA DIPANGGIL UNTUK MEMBUKA HATI BAGI SINYAL-SINYAL KEWAJIBAN MORAL
YANG MENGUNDANG UNTUK DIPENUHI, DAN IKHLAS BERJUANG MEREALISASIKANNYA.
YANG MENGUNDANG UNTUK DIPENUHI, DAN IKHLAS BERJUANG MEREALISASIKANNYA.
Shalom Sahabatku:
Di manakah engkau? (Kejadian 3:9)
"Kapal Carpathia" berada 93 kilometer dari "Kapal Titanic" ketika
menerima sinyal SOS dari kapal pesiar yang mengalami musibah itu. Kapten
Arthur Rostron langsung mengupayakan pertolongan. "Carpathia" tiba di
lokasi musibah empat jam kemudian, dan sempat menyelamatkan 705 orang
sebelum "Titanic" akhirnya tenggelam.
Saat menerima sinyal-sinyal SOS itu, "Kapal Californian" tak sampai 30
kilometer dari "Titanic". Seandainya "Californian" segera datang,
pastilah lebih banyak penumpang terselamatkan. Tetapi, Kapten Stanley
Lord mengabaikan sinyal SOS itu. Ketika "Californian" akhirnya mendekati
lokasi musibah, semua sudah terlambat.
Ketika Adam dan Hawa memberontak, Tuhan bertanya, "Di manakah, engkau?" Tuhan tidak menanyakan tempat keduanya bersembunyi. Tuhan mengajukan pertanyaan moral: di mana posisi mereka di hadapan kewajiban-kewajiban moral, yakni segala kebaikan yang diperintahkan Tuhan kepada mereka? Memedulikannya, atau mengabaikannya?
Pertanyaan moral itu juga diajukan kepada kita. Ketika stok darah di PMI kosong, apa respons kita: menjadi donorkah, atau mengabaikannya? Ketika anak-anak kita dikepung pornografi, narkoba, ketika HIV dan AIDS merenggut banyak nyawa; pedulikah kita kepada mereka? Ketika kemajemukan membutuhkan perekat yang mempersatukan, toleransikah yang kita bangun, atau penolakan terhadap semua yang berbeda dengan kita?
Kita bisa bersikap seperti Stanley Lord: mengabaikan kewajiban moral yang kita jumpai. Atau, kita bisa memilih bersikap seperti Arthur Rostron: memberikan diri untuk memenuhi kewajiban moral yang datang menjumpai. "Di manakah, engkau?" --Eko Elliarso/Renungan Harian
KITA DIPANGGIL UNTUK MEMBUKA HATI BAGI SINYAL-SINYAL KEWAJIBAN MORAL
YANG MENGUNDANG UNTUK DIPENUHI, DAN IKHLAS BERJUANG MEREALISASIKANNYA.
KIRANYA TUHAN TOLONG KITA....amen
Ketika Adam dan Hawa memberontak, Tuhan bertanya, "Di manakah, engkau?" Tuhan tidak menanyakan tempat keduanya bersembunyi. Tuhan mengajukan pertanyaan moral: di mana posisi mereka di hadapan kewajiban-kewajiban moral, yakni segala kebaikan yang diperintahkan Tuhan kepada mereka? Memedulikannya, atau mengabaikannya?
Pertanyaan moral itu juga diajukan kepada kita. Ketika stok darah di PMI kosong, apa respons kita: menjadi donorkah, atau mengabaikannya? Ketika anak-anak kita dikepung pornografi, narkoba, ketika HIV dan AIDS merenggut banyak nyawa; pedulikah kita kepada mereka? Ketika kemajemukan membutuhkan perekat yang mempersatukan, toleransikah yang kita bangun, atau penolakan terhadap semua yang berbeda dengan kita?
Kita bisa bersikap seperti Stanley Lord: mengabaikan kewajiban moral yang kita jumpai. Atau, kita bisa memilih bersikap seperti Arthur Rostron: memberikan diri untuk memenuhi kewajiban moral yang datang menjumpai. "Di manakah, engkau?" --Eko Elliarso/Renungan Harian
KITA DIPANGGIL UNTUK MEMBUKA HATI BAGI SINYAL-SINYAL KEWAJIBAN MORAL
YANG MENGUNDANG UNTUK DIPENUHI, DAN IKHLAS BERJUANG MEREALISASIKANNYA.
KIRANYA TUHAN TOLONG KITA....amen
0 Comments:
Posting Komentar