Benny Wenda saat menyerahkan petisi rakyat Papua menuntut
referendum kepada Komisioner HAM PBB (Jubi/Dok ULMWP)
|
Media Online Masa Kini Independent : Terpercaya di Papua. PERHATIAN!!! |
West Papua Jayapura, Tikomemedia - Otoritas
Dewan Adat Papua (DAP) mengatakan petisi referendum rakyat Papua itu kehendak
bebas rakyat Papua. Rakyat mendukung organisasi United Liberation Movement for
West Papua (ULMWP) untuk membentuk pemerintahan sendiri.
"Masyarakat
adat yang tanda tangan, masyarakat pemilik hak ulayat,"ungkap Dominikus
Surabut ketua Dewan Adat Papua kepada jurnalis Jubi pada (31/01/3019) di kantor
DAP Expo, Waena kota Jayapura Papua.
Kata
Surabut, rakyat Papua menandatangani Petisi itu tanpa paksaan dari pihak mana
pun. Rakyat dengan sadar menyatakan sikap politiknya.
"Mereka
sudah bersiap untuk membentuk sistem satu pemerintah,"kata dia.
Menurutnya,
rakyat Papua menandatangani itu dengan dasar yang jelas. "Dasarnya
distorsi sejarah, pelanggaran HAM, marginalisasi yang terus menerus akibat
pembangunan bias pendatang,"jelasnya.
Karena
itu menurut dia, rakyat Papua memilih untuk menegakkan kebenaran atas sejarah
yang salah. Rakyat yang punya hak pilih menuntut hak pilih yang pernah
dimanipulasi dalam penentuan pendapat rakyat pada 1969.
"Dulu
satu orang mewakili 1000 suara. Sekarang rakyat menuntut satu orang satu
suara,"ujarnya.
Dia
mengatakan, rakyat Papua ingin mengahiri pelanggaran HAM yang tak kunjung
henti.
"Rakyat
muak dengan pembunuhan yang terus menerus, ketidakadilan pembangunan yang tidak
pernah ada solusi ini".
Dia
juga mengklaim, rakyat non Papua turut mendukung keinginan rakyat Papua untuk
bebas itu. "Non Papua telah menandatangani. Rakyat Indonesia
mendukung,"ungkapnya.
Benny
Wenda, ketua ULMWP menyerahkan petisi yang ditandatangani 1,8 juta orang kepada
Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, Michelle Bachelet pada 25
Januari 2019.
“Petisi
itu adalah suara rakyat Papua menolak Pepera 1969 yang tidak demokratis,” ujar
Wenda
Merespon
itu, Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla mengatakan perlu pendekatan militer
untuk mengakhiri pemberontakan.
"
Kalau bisa dengan diplomatis, tapi kalau berkeras pakai senjata, ya pakai
senjata, tidak ada cara lain," ujar Kalla di kantor wakil presiden,
Jakarta, Selasa (29/1/2019).
Pastor
Eddy Doga OFM dari Sekretariat Keadilan Perdamaian Keutuhan Ciptaan (SKPKC)
Fransiskan Duta Damai Papua mengatakan pemerintah Indonesia mesti sadar
kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah.
"Kalau
dialog, orang Papua tidak terima jadi Indonesia, tanya orang Papua mau apa. Itu
saja kuncinya. Kalau perang tidak ada ujungnya,"katanya dia kepada
jurnalis Jubi (30/10/2019)
Kata
dia, kalau ditanya, orang Papua akan menjawab dengan jujur. Orang Papua akan
meminta merdeka. “Permintaan macam ini yang harus dipikir serius oleh
Indonesia,” ujarnya.
Sumber
: Jubi Portal 1 Papua
0 Comments:
Posting Komentar