Opini

Keadaan Rakyat Papua Semakin Buruk & Tidak Ada Masa Depan Dalam Kekuasaan Indonesia

Dr. Socratez S.Yoman 
KEADAAN RAKYAT PAPUA SEMAKIN BURUK & TIDAK ADA MASA DEPAN DALAM KEKUASAAN INDONESIA

Oleh Dr. Socratez S.Yoman

1. Pendahuluan

Tikomemedia_jayapura. Ternyatakunjungan Ir. Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia hampir 7 kali lebih ke West Papua tidak menjadi jawaban persoalan yang dialami rakyat dan bangsa West Papua. Justru keadaan rakyat dan bangsa West Papua semakin buruk dan tidak ada perubahan dan kemajuan. 

Pemerintah Indonesia dan para diplomatnya boleh saja menghibur diri dengan kebohongannya kepada komunitas internasional di forum PBB, di ASEAN dan di Forum Negara-Negara Kepulauan Pasifik.

Tetapi, satu institusi atau lembaga yang 100% tidak bisa disentuh para pembohong, penipu dan penjahat Indonesia ialah Dewan Gereja Sedunia (WCC). 

Barangkali dan mungkin saja, penguasa Indonesia menempatkan para Jenderal aktif  atau pensiunan beragama Kristen sebagai Pengurus atau Penasihat Persekutuan Gereja di Indonesia (PGI),  supaya suara kenabiaan PGI tentang penderitaan rakyat Papua dibungkam dan PGI tidak bersuara kepada World Council of Churches (WCC). 

Pemerintah Indonesia dengan menggunakan kekuatan yang ia miliki untuk memperlemah pengaruh dan kekuatan gereja dan pemimpinya. Pemerintah, TNI-Polri, BIN, BAIS, Kopassus mendekati para pemimpin Gereja untuk menjadi corong kejahatan dan kekejaman terhadap kemanusiaan. Bahkan Pemerintah dan TNI-Polro tidak segan-segan ikut intervensi gereja dan memecah belah gereja.  

Contoh nyata dalam tubuh Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua. Mayor Marthen Kogoya, CHK, dari Kodam XVII Cenderawasih diangkat menjadi Panitia Kongres Gereja Baptis Papua pada 2007 dalam versi pemerintah dan dibuka oleh Dirjend Bimas Kristen Protestan Republik Indonesia, Pdt. Edison Pasaribu, S.Th. Selanjutnya, Marthen Kogoya, menjadi Sekretaris Umum Gereja Baptis versi pemerintah.

Tetapi, sayang, semua usaha itu sia-sia, karena TUHAN lebih berkuasa daripada pemerintah Indonesia dan TNI-Polri. Karena kuasa TUHAN, Gereja Baptis tetap berdiri KOKOH.

2. Pesan Pastoral dan Suara Kenabiaan Dewan Gereja Seduni (WCC).

Delegasi Dewan Gereja Sedunia berada di West Papua sejak 17-19 Februari 2019. Apa kesan dan pesan pastoral dan suara kenabiaan WCC?

"Kami utusan Dewan Gereja Sedunia (WCC) datang di sini mewakili dari 140 Negara anggota Dewan Gereja Sedunia.  Tujuan kami ialah untuk mendengar dari Anda sekalian, melihat langsung dan mempelajari keadaan umat Tuhan di West Papua."

"Setelah 20 tahun, utusan WCC berkunjung lagi ke West Papua. Ternyata keadaan rakyat di West Papua tidak ada perubahan dan keadaannya sama seperti 20 tahun lalu. Bahkan keadaan rakyat West Papua semakin buruk dan sangat memprihatikan. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan."

" Sekarang kami (WCC/Dewan Gereja Sedunia sudah dengar, sudah melihat dan sudah belajar dari Anda semua dan keadaan yang buruk di sini. Sudah waktunya suara Anda perlu didengarkan oleh komunitas internasional."

"Selama ini kami mendengar informasi dan menerima dari berbagai laporan tentang keadaan di West Papua ternyata semua laporan itu benar dan dapat dipercaya. Karena itu, kami semakin kuat untuk bersuara kepada siapa saja tentang kejahatan-kejahatan kemanusiaan dan ketidakadilan yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap Orang Asli Papua."

"Kami sedih dan sangat prihatin melihat keadaan Penduduk Asli West Papua yang sangat buruk dan tidak ada kemajuan dan perbaikan ke arah yang lebih baik.Kejahatan kemanusiaan, kejahatan ekonomi, kesegatan/gizi buruk meningkat,  kualitas pendidikan yang buruk, penduduk asli terpinggirkan di atas tanah mereka, bertambahnya penduduk migran sangat membahayakan masa depan penduduk asli."

"Kami akan pulang dan kembali ke Negara kami masing-masing. Kami akan laporkan apa yang kami dengar, kami lihat dan kami belajar di West Papua di sini kepada Gereja-gereja kami, pemerintah kami, dan kepada siapa saja  supaya suara Anda didengarkan. Kami tetap berdoa dan berdiri bersama rakyat West Papua. Anda berdoa untuk kami juga."

 3. Kesimpulan

Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno memberikan kesimpulan yang akurat dan tepat tentang keadaan rakyat Papua yang sangat buruk selama ini dalam bukunya: Kebangsaan, Demokrasi, Pluralisme (2015, hal. 255, 257).

"...Ada kesan bahwa orang-orang Papua mendapat perlakuan seakan-akan mereka belum diakui sebagai manusia....Situasi di Papua adalah buruk, tidak normal, tidak beradab, dan memalukan, karena itu terturup bagi media asing. Papua adalah luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia." (hal. 255).

"...kita akan ditelanjangi di depan dunia beradab sebagai bangsa biadab, bangsa pembunuh orang-orang Papua, meski tidak dipakai senjata tajam." (hal. 257).

Sedangkan kesimpulan delegasi Dewan Gereja Sedunia, sebagai berikut:

"Setelah 20 tahun, utusan WCC berkunjung lagi ke West Papua. Ternyata keadaan rakyat di West Papua tidak ada perubahan dan keadaannya sama seperti 20 tahun lalu. Bahkan keadaan rakyat West Papua semakin buruk dan sangat memprihatikan. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan."

4. Solusi

4.1. Pemerintah RI duduk berunding dengan ULMWP yang dimediasi pihak ketiga di tempat yang netral.

4.2. PBB menerima dan mengesahkan Petisi 1.8 juta rakyat West Papua sebagai bukti bangsa dan rakyat West Papua bukan bagian dari wilayah Indonesia.

4.3. Dua jalan, 4.1. dan 4.2. sangat memungkinkan karena: "...bangsa Indonesia sedang ditelanjangi di depan dunia beradab sebagai bangsa yang biadab, bangsa pembunuh orang-orang Papua, meski tidak dipakai senjata tajam. Papua adalah luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia." (Franz Magnis).

----------

Penulis: 

Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua.

Ita Wakhu Purom, Minggu, 24 Februari 2019.

Editor : Sendimin Yigibalom/TM.com

About lannyjayace

0 Comments:

Diberdayakan oleh Blogger.