Photo Samuel Tabuni Sosok Anak Muda Papua Inovatif Direktur Papua Language Institute saat deklasri relawan Samuel for Papua 10 February 2019 Waena West Papua |
Oleh: Samuel Tabuni
( Upaya merajut Kebinekaan NKRI diatas Tanah Papua)
Kepercayaan masyarakat Papua terhadap TNI/POLRI diatas Tanah Papua
menurut saya kurang dari 10%, saya siap dikoreksi jika ada penelitian
tentang situasi ini.
Kondisi ini akibat keterlibatan militer yg berlebihan dalam konflik
panjang sejarah integrasi Papua ke NKRI sejak 1962 dan konflik-konflik
ikutannya yang terus terjadi diatas Tanah Papua akhir-akhir ini.
Orang Papua akan merasa nyaman dalam rumah NKRI dan menjaganya kalau jajaran pimpinan TNI/POLRI di Papua semua orang asli Papua.
Terbukti Mayor Jenderal Inf. Jenderal O. Joppy Wayangkau Panglima
Kodam Kasuari. Beliau sudah 4 tahun bertugas di Kodam Kasuari dan
Pangdam terlama di Papua. Beliau dicintai oleh masyarakatnya, banyak
pemuda /i Papua yg terinspirasi untuk menjadi anggota TNI. Kehadirannya
sebagi seorang Kakak, berpangkat Jenderal asli Papua dan Panglima bagi
masyarakat Papua. Sangat Membanggakan!
Inspektur Jenderal Polisi Paulus Waterpauw sejak pangkat perwira muda
hingga jenderal bintang dua diraihnya diatas Tanah Papua. Karena
warganya menjaganya, mencintainya dan tidak sedikit anak-anak muda Papua
yg terinspirasi menjadi anggota Polisi. Sangat Membanggakan!
Saya masih ingat, waktu kasus penyanderaan tahun 1996-1998 para
prajurit TNI asli Papua lebih merakyat dari pada saudaranya yg bukan
Papua. Ada perbedaan rasa dan pandangan melihat situasi disaat itu. Pada
saat itu pasukan 752 dari Sorong yg dipimpin oleh Sersan Satu (Sertu)
Marsamel Makanuay. Beliau sering pakai koteka dalam acara budaya, jika
masuk hutan beliau pakai koteka tanpa bawa senjata. Beliau ajak
anggotanya untuk menjadi guru dan mengajar kami di SD. Beliau ajak
anggotanya bangun gereja termegah di distrik Mbuwa (Gereja ini masih
ada). Beliau ajar kami cara main bola kaki dan volly yang benar karena
beliau adalah atlit dan pelatih. Beliau sangat menginspirasi kami
anak-anak kampung Mbuwa. Saat ini beliau berpangkat Kapten dan mengemban
tugas dan menjabat KAUR TRASAT MUSMONTRA BINTALDAM XVII/CENDRAWASIH.
Sangat apreasi tinggi kepada Kakanda Kapten Inf. Marsamel Makanuay.
Seorang Kaka yg mengisi mimpi-mimpi besar anak-anak kampung waktu itu,
termasuk saya sendiri.
Institusi TNI/POLRI sangat penting bagi ketahanan Indonesia di Tanah
Papua sebagai Tanah Damai untuk semua warga negara Indonesia.
Keterlibatan orang Papua dalam kedua institusi ini akan menunjukan
kestabilan konflik panjang bersejarah secara signifikan dengan cara
kedepankan rekrutment, pendidikan, promosi pangkat dan jabatan
putra/putri asli Papua dalam kedua institusi ini. Ini sangat urgent!
Harus selalu diingat dikepala bahwa integrasi Papua kedalam bangsa
Indonesia itu belum selesai secara 100%. Dibutuhkan kerja keras dan
kebijaksanaan dalam mengelolah Papua. Institusi terdepan dan terutama di
Indonesia yg kita cintai institusi TNI/POLRI harus memainkan peran
penting, dengan cara kita harus terjemahkan dalam kondisi dan kultur
masing-masing daerah di Indonesia, termasuk kita di Tanah Papua. Dengan
demikian Institusi TNI/Polri di Tanah Papua menjadi milik dan
tanggungjawab rakyat Papua untuk menjaga, mengangkat, promosi dan
dijalankan oleh orang Papua. Kepercayaan penuh kepada orang asli Papua
membangun negerinya didalam institusi-institusi ini tentunya sangat
tepat dalam rangka memelihara dan merajut ke-Bhineka Tunggal Ika-an
Indonesia di Tanah Papua.
Beberapa waktu yang lalu, Bapak Danrem Kolonel Inf. Jonathan Binsar
P, Sianipar telah menghubungi saya dan meminta putra/putri Papua dari
suku Nduga, karena suku Nduga minim anggota TNI. Saya sudah hubungi
beberapa kepala distrik di Nduga untuk rekrut adik-adik saya yang telah
tamat SLTP dan SLTA untuk melamar anggota TNI. Namun, kata mereka, tidak
banyak pemuda/i asal Nduga yg menginginkan untuk menjadi anggota TNI
atau POLRI. Saya juga ke Merauke, tanya beberapa orang tua dan adik-adik
saya ternyata kondisinya hampir sama di Nduga.
Disini terlihat bahwa tidak hanya di Nduga, ada beberapa daerah Papua
sama situasinya. Kebanyakan pemuda/i Papua belum tertarik pada
TNI/Polri. Kepercayaan para pemuda milenial Papua terhadap kedua
institusi masih sangat kurang. Kondisi ini tidak saja urgent tetapi
berbahaya bagi bangsa Indonesia terkait keberlangsungan masa depan kedua
institusi diatas Tanah Papua. Karena, kedua institusi ini idealnya
harus lahir dari rakyat untuk membela bangsa dan rakyatnya.
Kita harus cari format, solusi dari letak persoalan diatas. Solusinya
pertama adalah orang Papua yang berpangkat jenderal dikirim ke Papua,
jangan tahan di jawa. Mereka adalah sumber inspirasi utama bagi pemuda/i
Papua untuk promosi, berkampanye dan berjuang di Papua. Seperti Pak
Jenderal Joppy Wayangkau. Beliau ke kampung-kampung pegunungan arfak
untuk mencari anak-anak Papua asli untuk menjadikan mereka anggota TNI,
beliau melakukan promosi Institusi TNI. Beliau setelah kumpulkan
adik-adik dari kampung Arfak, beliau perintahkan kaka-kaka mereka
(anggota TNI) yg sesama Papua latih mereka, bina mental dan spiritual
mereka selama 3 bulan pra-pendidikan, sebelum aktual test dan pendidikan
mulai. Ini cara cerdas yg telah dimulai oleh Pak Jenderal Joppy. Beliau
perlihatkan kemanunggalan TNI dan TNI menjadi bagian dari diri orang
Papua.
Berdasarkan pengalaman diatas, saya kira untuk menjaga Papua dari
ancaman disintegrasi bangsa, semua putra/i Papua yang berpangkat
Jenderal dipulangkan ke Tanah mereka “Papua” untuk membantu menstabilkan
ketidak percayaan masyarakat Papua terhadap institusi TNI/POLRI.
Kondisi ini bagi saya sangat serius dan penting di Tanah Papua yang mana
harus disikapi oleh Panglima TNI dan Kapolri di Jakarta. Kondisi ini
hanya berubah dengan tindakan dan pendekatan yang persuasif,
professional dan extra- preventif berdasarkan koridor dan tatanan budaya
asli Papua.
Saya salah satu yang ikut bangga dan sekaligus kecewa setelah membaca
berita Bapak Mayor Jenderal Herman Asaribab ditunjuk sebagai Panglima
Kodam XII/Tanjungpura. Bangga karena beliau mencapai Jenderal bintang
dua, dan dapat dipercaya sebagai panglima. Kecewa karena dimasa akhir
pensiunannya harus dihabiskan di daerah yang jauh dari kami (Papua).
Terlepas dari mekanisme mutasi jabatan internal institusi TNI. Kami
masyarakat Papua sangat membutuhkan sosok pemimpin yang berkarakter dan
professional seperti beliau untuk berkampanye dan promosikan insititusi
TNI di Tanah Papua. Membangun kembali kepercayaan dan mengobati luka
lama hanya dengan melihat putra/putri kami mengambil posisi penting dan
mengambil kebijakan-bebijakan yg berpihak kepada kami, didepan mata kami
dengan tetap memperhatikan peraturan dan perundang-an yang berlaku
didalam negara kita.
Sama halnya, dengan Institusi POLRI. Kami butuh para jenderal Polisi
dan komisaris besar polisi asli Papua seperti Brigadir Jenderal Polisi
Pietrus Waine agar dipulangkan mengabdi dan mendidik kami, menjadi
contoh dan teladan bagi kami. Mereka adalah sumber inspirasi utama bagi
pemuda/i Papua disaat masa krisis kepercayaan terhadap kedua institusi
di Tanah Papua. Upaya ini lebih cerdas dan lebih kontesktual melengkapi
usaha kita selama ini dengan pasang bendera “Merah Putih” dihutan-hutan,
dibelantara, dijalan-jalan dan yel-yel NKRI Harga Mati diatas Tanah
Papua.
Jika hal -hal diatas tidak diperhatikan, lanjut sampai dengan para
jenderal dan para perwira aktif diatas purna tugas sebagai anggota
TNI/Polri. Disaat yang sama tidak ada re-generasi didalam internal
institusi dan minim keterlibatan orang Papua sebagai Dicision Maker maka
sudah pasti ketidakpercayaan semakin menebal, ketidak sukaan semakin
meningkat dan kedua institusi tidak ada ruang dihati masyarakat Papua.
Suatu saat akan terjadi situasi dimana masyarakat Papua dan kedua
institusi saling lawan, saling baku adu kekuatan untuk menunjukan
eksistensinya diatas Tanah Papua. Semoga kedepan kita tonton kesuksesan
Negara Indonesia, bukan kegagalan negara Indonesia diatas Tanah Papua.
Jayapura, 20 Maret 2019
Salam Damai dalam Kasih
Kristus Jesus Tuhan kita.
Samuel Tabuni M, Gebze
(Anak kampung dari Nduga)